Oleh : Gusmawi Mustafa
Perceraian adalah peristiwa yang tidak pernah diharapkan oleh siapa pun. Setiap pasangan yang menikah tentu mendambakan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.
Namun, perjalanan hidup sering kali menghadirkan ujian yang berat. Perbedaan, pertengkaran, dan persoalan ekonomi kerap menjadi pemicu yang berujung pada keputusan untuk memilih berpisah.
Bagi sebagian orang dewasa, perceraian mungkin dianggap sebagai jalan keluar untuk mengakhiri konflik. Namun, bagi anak-anak, perceraian bukanlah solusi, melainkan luka. Mereka adalah korban paling menderita dari retaknya rumah tangga orang tuanya.
Anak-anak tidak pernah meminta dilahirkan dalam keluarga yang berpisah. Mereka hanya menginginkan kasih sayang utuh dari kedua orang tuanya. Ketika perceraian akhirnya terjadi, anak kehilangan dua hal sekaligus: keutuhan keluarga dan rasa aman yang selama ini menjadi fondasi tumbuh kembang mereka.
Dampak yang sering dialami anak korban perceraian antara lain:
-
Kebingungan emosional, anak sulit memahami mengapa ayah dan ibunya tidak lagi bersama.
-
Rasa bersalah, tidak jarang anak mengira dirinya adalah penyebab perpisahan.
-
Kehilangan kasih sayang penuh, perhatian orang tua bisa terbagi, bahkan ada yang terabaikan.
-
Gangguan sosial dan kepercayaan diri, anak menjadi tertutup, minder, atau merasa berbeda dengan teman-temannya.
-
Trauma jangka panjang, pengalaman pahit bisa terbawa hingga dewasa dan memengaruhi cara anak membangun keluarga kelak.
Perceraian memang berat, tetapi bukan alasan untuk menghentikan kasih sayang kepada anak. Justru setelah berpisah, orang tua harus lebih berkomitmen menjaga peran masing-masing. Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah:
-
Tetap menjalin komunikasi sehat antar orang tua sehingga tidak melibatkan anak dalam konflik pribadi.
-
Hadir secara emosional dan fisik meskipun tidak tinggal bersama; luangkan waktu berkualitas.
-
Melindungi anak dari pertengkaran dan jangan jadikan anak sebagai alat untuk saling menyalahkan.
-
Memberi jaminan kasih sayang ganda, di mana anak harus yakin bahwa cinta ayah dan ibu tidak berkurang meski mereka berpisah.
-
Melibatkan keluarga besar, seperti kakek, nenek, atau saudara, agar menambah rasa aman bagi anak.
Meski ada solusi menjaga kasih sayang, kenyataannya perceraian selalu meninggalkan luka. Karena itu, sebelum mengambil keputusan berpisah, setiap pasangan perlu kembali merenung dan memperjuangkan rumah tangganya. Ingat tujuan awal pernikahan, kendalikan ego, pertimbangkan masa depan anak, manfaatkan konseling, dan terakhir teruslah berdoa kepada Sang Pencipta.
Perceraian mungkin menjadi jalan terakhir ketika semua usaha sudah ditempuh. Namun, sebelum sampai ke titik itu, penting bagi setiap pasangan untuk memikirkan masa depan anak-anak. Mereka adalah titipan Allah yang memerlukan kasih sayang utuh agar bisa tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara mental dan emosional.
Jika pun perpisahan tidak terhindarkan, jangan biarkan anak kehilangan cinta. Kasih sayang harus tetap hadir, meski rumah tangga tidak lagi utuh.
Pada akhirnya, rumah tangga yang kokoh bukan berarti tanpa masalah, melainkan rumah tangga yang mampu melewati badai dengan kebersamaan. Selama masih ada ruang untuk memperbaiki, berjuanglah demi anak, demi cinta, dan demi janji yang pernah diikrarkan.